Sembunyi 27 Jam di Toilet demi Nonton Gratis Final

0
Sembunyi 27 Jam di Toilet demi Nonton Gratis Final Liga Champions

 

Sembunyi 27 Jam di Toilet demi Nonton Gratis Final Liga Champions

Minggu, 1 Juni 2025, menjadi saksi sebuah aksi nekat yang mengundang decak kagum sekaligus pertanyaan: bagaimana caranya bisa menonton pertandingan final Liga Champions tanpa tiket? Dua pemuda asal Belgia, Neal Remmerie (22) dan Senne Harvebeke (23), mengaku berhasil nonton gratis final Liga Champions dengan cara yang tak biasa—bersembunyi di dalam toilet stadion Allianz Arena, Munich, selama 27 jam. Aksi ini terungkap setelah mereka mengunggah video dokumentasi ke TikTok dan menceritakannya kepada media VRT News Belgia LIGALGO.

Allianz Arena: Panggung Final Terbesar

Final Liga Champions 2024/2025 mempertemukan Paris Saint-Germain (PSG) melawan Inter Milan di Allianz Arena, sebuah stadion ikonik yang biasa menampung 75.000 penonton. Laga yang digelar pada 1 Juni itu menjadi sorotan dunia sepakbola, seiring antusiasme para suporter yang rela antre berjam-jam—bahkan berhari-hari—untuk mendapatkan tiket resmi. Namun, bagi Remmerie dan Harvebeke, mencari celah untuk menonton dengan cara konvensional tak berhasil. Mereka pun merancang rencana ekstrem: menyusup ke dalam area stadion dan bersembunyi di dalam toilet.

Strategi Menyusup Sehari Sebelumnya

Menurut keterangan Resmi yang dilansir BBC, Neal dan Senne tiba di kompleks stadion sehari sebelum pertandingan, yakni pada Sabtu (31/5/2025). Mereka mengaku bercampur dengan kelompok suporter lain yang telah berdatangan lebih awal, membeli makanan, serta menunggu antrean untuk masuk. Saat sebagian besar suporter meninggalkan area stadion di malam menjelang pertandingan, keduanya justru menempuh langkah diam-diam: masuk melalui pintu samping yang tidak diawasi ketat, menelusuri lorong belakang, lalu menemukan toilet yang terletak di sudut tribun.

Agar keberadaan mereka tak terdeteksi, Neal dan Senne menempelkan stiker bertuliskan “Toilet Rusak” buatan sendiri pada pintu bilik. Dengan begitu, petugas kebersihan stadion maupun suporter yang ingin menggunakan toilet cenderung menghindar. “Kami sengaja membuat stiker agar pintu terlihat tidak berfungsi. Selama itu, kami memastikan tidak ada suara mencurigakan,” ujar Remmerie kepada VRT News.

Bertekad Bertahan 27 Jam di Dalam Toilet

Bilik toilet yang mereka pilih bukanlah ruang mewah. Lampu menyala terus-menerus, posisi duduk keramik yang dingin, serta risiko ketahuan setiap kali ada petugas bersih-bersih membuat suasana semakin menegangkan. Keduanya hanya membawa ransel berisi beberapa camilan sederhana—sandwich, buah, dan air mineral—beserta ponsel untuk berkomunikasi dan mengusir rasa bosan.

“Secara fisik, tubuh pegal karena duduk berjam-jam. Secara mental, kami was-was setiap kali petugas lewat. Kami benar-benar tak tidur selama 27 jam itu,” kata Harvebeke. Selama di sana, suara sorak-sorai penonton dan dentuman drum suporter yang mengiringi parade masuk tribun membuat jantung keduanya berdegup kencang, takut terdeteksi tiba-tiba. Meski begitu, kecemasan itu ikut memberi semangat: mereka tahu, jika berhasil, momen menonton laga paling bergengsi di Eropa secara gratis adalah sesuatu yang sulit dilupakan.

Keluar dari Persembunyian: Momen Penentu

Setelah memastikan sebagian besar suporter telah masuk dan suasana tribun mulai padat, Neal dan Senne memutuskan keluar. Dari rekaman video TikTok—yang kini telah ditonton lebih dari satu juta kali—tampak mereka membuka gembok kecil buatan sendiri untuk memperlebar celah pintu toilet. Dengan wajah pucat, mereka keluar satu per satu, berpura-pura hendak ke toilet seperti biasa.

Trik berikutnya adalah berpura-pura membawa makanan dan ponsel. “Kami bawa sandwich dan minuman. Saat petugas keamanan memeriksa, kami bilang hanya mau beli di kantin, padahal kami sudah makan di dalam,” jelas Remmerie. Tanpa terduga, petugas yang sedang bertugas malam itu tampak lelah dan tidak terlalu fokus. Keduanya berjalan perlahan menghindari sorotan lampu senter hingga akhirnya berhasil menembus jalur pengamanan terakhir menuju tribun.

Momen Ajaib di Tribun dan Euforia Suporter

Begitu tiba di tribun, Neal dan Senne langsung tercengang. Laga baru saja dimulai dan ribuan suporter PSG serta Inter Milan saling bersorak, melantunkan yel-yel dan alunan chants khas masing-masing. Dengan tiket yang jelas-jelas palsu—karena sama sekali tak ada—mereka memilih bergabung di area suporter PSG, yang memang menang besar atas Inter Milan dengan skor 5-0.

“Kami tidak menyangka bisa duduk di antara kelompok suporter tim pemenang. Suasana gila, mereka bernyanyi sepanjang malam. Itu menjadi pengalaman paling epik dalam hidup kami,” tutur Harvebeke sembari tersenyum bangga. Setiap kali Neymar atau Mbappé menggiring bola, kedua pemuda ini ikut berdiri, bertepuk tangan, dan bernyanyi, seolah benar-benar menjadi bagian dari kejayaan PSG di panggung utama Eropa.

Paris Saint-Germain Juara Bersinar

Final Liga Champions 2024/2025 yang berlangsung di Allianz Arena benar-benar menjadi panggung kebesaran PSG. Klub asal Paris ini memimpin sejak menit awal, melejit melalui gol cepat Kylian Mbappé, Neymar Jr., dan rekan-rekannya. Inter Milan, yang juga pantas diapresiasi karena berhasil menembus final, akhirnya tak berdaya menghadapi kekuatan serangan Les Parisiens, julukan PSG.

Kehebatan PSG di pertandingan itu sekaligus menegaskan status mereka sebagai kekuatan sepakbola kontinen Eropa. Teriakan “Allez Paris” menggema hingga akhir pertandingan, seakan meneguhkan dominasi klub ibu kota Prancis. Bagi Remmerie dan Harvebeke, momen ini bukan hanya soal kemenangan—tapi juga tentang seberapa jauh seseorang akan berkorban untuk menonton gratis final Liga Champions.

Sembunyi 27 Dampak dan Pelajaran dari Aksi Nekat Ini

Aksi dua pemuda Belgia tersebut memancing reaksi beragam. Pihak keamanan Allianz Arena mengaku kecewa, karena hal ini menunjukkan celah pengamanan yang mesti segera diperbaiki. Direktur Operasional Stadion menyatakan akan melakukan evaluasi rutin mulai dari pengecekan area belakang hingga patroli malam hari yang lebih intensif.

Di sisi masyarakat, banyak yang memuji keberanian keduanya—meski tetap diwarnai perdebatan tentang moralitas dan legalitas tindakannya. Beberapa suporter Liga Champions malah menjadikan cerita ini bahan candaan dan video meme di media sosial. Namun, tidak sedikit pula yang menilai tindakan Neal dan Senne layak ditiru bila tak mampu membeli tiket mahal, selama tak merugikan orang lain.

Sembunyi 27 Kesimpulan: Antara Nekat dan Inspirasi

Kisah nonton gratis final Liga Champions dengan cara bersembunyi di dalam toilet Allianz Arena mengajarkan satu hal: gairah sepakbola kerap mendorong batas akal sehat manusia. Neal Remmerie dan Senne Harvebeke telah membuktikan bahwa dengan persiapan matang, keberanian, dan sedikit keberuntungan, impian nonton langsung final Liga Champions dapat terwujud tanpa harus merogoh kocek untuk tiket.

Meski begitu, perlu diingat bahwa apa yang mereka lakukan tetap ilegal dan berisiko tinggi—mulai dari risiko penangkapan hingga cedera fisik di dalam toilet sempit. Ke depan, kisah mereka diharapkan menjadi pelajaran bagi penyelenggara pertandingan untuk mengevaluasi sistem keamanan, sekaligus pengingat bagi suporter bahwa cara-cara ekstrim, meski mengundang decak kagum, tak selalu menjadi contoh yang baik.

Sembunyi 27 Dengan segala lika-liku petualangan mereka, Neil dan Senne—dua pemuda Belgia ini—telah mengukir kisah legendaris yang akan menjadi cerita warisan di kalangan suporter sepakbola: bagaimana dua manusia kecil menembus tembok besar demi bisa merasakan euforia momen terhebat di dunia sepakbola Eropa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *